Deputi V Menko Polhukam Irjen Pol Bambang Suparno melalui pesan singkat kepada ANTARA, di Jakarta, Minggu, mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh peristiwa itu bermula dari sekelompok orang dari kelompok Tajul berniat ke Malang dalam rangka silaturahim, namun isu yang berkembang dikira kelompok itu akan ke Pasuruan mendatangi Imam Syiah yang di Pasuruan.
“Inilah yang menimbulkan kemarahan dari pihak Syuni dan menyerang membakar rumah kelompok Syiah,” katanya seraya mengatakan Kapolsek setempat mengalami luka di kepala akibat lemparan batu.
Sementara menurut satu sumber dari kawan di
Surabaya, sebabnya adalah penganut aliran sesat syiah melanggar
perjanjian dan kesepakatan. Sebagaimana diberitakan, Bentrokan pertama
kali, Kamis (29/12/2011) ditengarai dipicu karena penganut Syiah
melanggar perjanjian dan kesepakatan yaitu “Dilarang
Syiah mengadakan kegiatan di lokasi tersebut” (anehnya lokasi tersebut
yang masih disterilkan polisi/police line malah didatangkan material
untuk membangun kembali, bahkan akan didirikan masjid syiah!) inilah
pemicu awalnya. Ditambah adanya korban ledakan bom gotri (bondet yang
berisi gotri yang tertanam di areal pemukiman syiah) saat orang sunni
melewati lokasi orang syiah tersebut pada hari ahad (26/8). Meledaknya
bom itu membuat warga sekitar turut tergerak untuk marah.
Usai insiden itu, kerusuhan pun tak terhindarkan. Para
pengikut Syiah dan warga serta kelompok tersebut yang beraliran Sunni
terlibat perang terbuka. Saling berhadap-hadapan, mereka bertarung
dengan pedang maupun celurit yang terhunus.Sementara itu, Komunitas Intelijen Daerah menyatakan kerusuhan disebabkan rencana pembangunan masjid Syiah.
Direktur Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) PCNU Kabupaten Sampang, Faidlol Mubarak, saat ditemui di PWNU Jatim, ia menjelaskan kasus yang memicu pembakaran di Sampang itu tidak terjadi seketika, namun berlangsung kurang lebih enam tahun.
“Sebenarnya, ada kesepakatan bersama antara pihak yang pro-kontra bersama pemerintah, namun pemimpin Syiah Sampang Ustadz Tajul Muluk menyelipkan nada provokasi dalam dakwahnya yang menyalahi kesepakatan,” katanya.
Tidak jalannya sebagian kesepakatan itu menimbulkan masalah di antara keluarga dan akhirya berdampak buruk yang berakibat pada reaksi pembakaran. Awalnya, sebuah rumah dan madrasah milik Ustadz Tajuk Muluk di Desa Karang Gayam, Kecamatan Karangpenang, Sampang, Kamis (29/12) pagi, dibakar massa.
Setelah itu, aksi pembakaran rumah berkembang. Rumah yang dibakar massa pada siang harinya adalah milik Ustadz Iklil Almilal, penasehat Islam Syiah di Kabupaten Sampang, teman dekat pimpinan Syiah, Ustadz Tajul Muluk.
Ironisnya, lagi-lagi yang dituding sebagai provokatornya adalah 3 orang sunni yang saat ini jadi buron.
Wallahu a’lam.
Yang jelas jika kelompok pencaci sahabat dan isteri –isteri Nabi saw itu tidak dilarang di Indonesia maka peristiwa yang serupa dan yang lebih mengerikan akan menghantui bumi pertiwi ini. Karena itu mari sosialisasikan fatwa MUI Jawa Timur bahwa syiah itu sesat menyesatkan, agar syiah tidak berkembang dan tidak ada potensi untuk kerusuhan –kerusuhan berikutnya. Jika syiah berkembang dan banyak maka Indonesia akan menyesal.
Semoga dengan peristiwa ini MUI Pusat segera keluarkan fatwa bahwa syiah sesat menyesatkan harus dilarang di Indonesia. aamii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar